YRC SMAZABA DO TE BEST

YRC SMAZABA DO TE BEST

Sejarah Berdirinya PMR WIRA SMAN 1 BABADAN




Dulu, Sebagian kecil siswa-siswi SMAN 1 Babadan pernah mengusulkan membuat pendirian PMR, namun tidak disetujui oleh Kepala Sekolah karena mungkin PMR belum begotu populer. Akhirnya kita tetap memaksakan diri untuk latihan meskipun di anggap ekstra ilegal. Acara semacam ini dilakukan selama 3 bulan. Kemudian selamng beberapa bulan kemudian , kita akhirnya mengajukan proposal pendirian PMR da akhirnya di setujui pada tanggal 19 November 2005 PERTAMA KALI pab. Dan PMR Wira SMAN 1 Babadan di sahkan oleh PMI pada tanggal 28 Oktober 2005.

Siswa-siswi SMAN 1 Babadan yang mendirika PMR pertama kali adalah :
Reza Setyawan, Mustofa Ludhfi, Nina Iis Kuzazimdan Wiwik.
Pelatih  pertama yaitu Sukadi Adi Saputra dan di sahkan oleh Pak Harto selaku Wakil Ketua PMI Cabang Ponorogo.






 

Lomba Penyuluhan



PMR Wira SMAN1 Babadan juga berpartisipasi pada lomba Penyuluhan Kesehatan Remaja yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tanggal 28 Februari 2012, dan mendapatkan juara 3 Se-Ekskaresidenan Madiun.
 
sabtu, 28 februari 2012.
senior red cross community of SMAZABA juga melaksanakan program tanam TOGA (Tanaman Obat Keluarga). acara ini diselenggarakan guna memberikan pelajaran bagi kita betapa pentingnya tanaman obat tradisional dilestarikan dan juga melatih kita peduli terhadap lingkungan sekitar. siamo tutti fratelli :)
 

Selamat Nyawa, sumbangkan darahmu






Donor darah sukarela oleh SMAN 1 Babadan.
Relakan setetes darah untuk mereka :)
Acara ini di ikuti oleh para guru SMAN 1 Babadan serta di ikuti pula oleh para siswa SMAN1 Babadan.


 

PAB PMW WIRA SMAN 1 BABADAN pada tanggal 29-30 oktober 2012 .



 

prinsip-prinsip



PRINSIP – PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL

Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.
1. KEMANUSIAAN ( Humanity )
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.
2. KESAMAAN ( Impartiality )
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata – mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.
3. KENETRALAN ( Neutrality )
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.
4. KEMANDIRIAN (Independence)
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip – prinsip gerakan ini.
5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service )
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.
6. KESATUAN ( Unity )
Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
7. KESEMESTAAN ( Universality )
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

 

Dislokasi (PP)


DiSLOKASi

DEFINISI
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligmen – ligmennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

KLASIFIKASI
1. Dislokasi Congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi Patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misal¬nya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi Traumatic :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
TANDA DAN GEJALA
1. Deformitas pada persendiaanKalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
2. Gangguan gerakanOtot – otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. PembengkakanPembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.
4. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
MACAM – MACAM DISLOKASI
1. Dislokasi Sendi Rahang

Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
• Menguap atau terlalu lebar.
• Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
Tindakan Pertolongan :
• Rahang ditekan ke bawah dengan kedua ibu jari sudah dilindungi balutan
• Ibu jari tersebut diletakkan di graham yang paling belakang
• Tekanan itu harus mantap tapi pelan – pelan
• Bersamaan dengan penekanan itu jari – jari yang lain mengangkat dagu penderita ke atas. Apabila berhasil rahang itu akan menutup dengan cepat dan keras.
Setelah selesai untuk beberapa saat pasien tidak diperbolehkan terlalu sering membuka mulutnya.
2. Dislokasi Sendi Bahu

• Definisi
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior)

• Macam-macam
1. Dislokasi anterior
Dislokasi preglenoid subkorakoid, subklavikule
2. Dislokasi posterior
Nyeri, benjolan dibagian belakang sendi pemeriksaan radiologis. Khas: light bulb karena rotasi internal humerus
3. Dislokasi inferior atau luksasi erecta
Kaput humerus terjepit di bawah glenoid, dengan lengan arah ke atas pengobatan dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka dengan operasi
4. Dislokasi dengan Fraktur
Biasanya adalah dislokasi tipe anterior dengan fraktur
• 90 % kasus dislokasinya anterior (ke depan)

• Gejala klinis:
aspek lateral bahu menjadi datar bukannya membulat dan dapat teraba depresi yang dalam antara caput humeri dan acromion di lateral.
gerakan yang terbatas
rasa nyeri yang hebat bila bahu digerakkan.
Lengan menjadi kaku dan siku agak terdorong menjauhi sumbu tubuh
Ujung tulang bahu akan nampak menonjol ke luar. Sedang di bagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam
Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan

• Diagnosis Banding
dislokasi akromioklavikula
fraktur klavikula
fraktur kolumna humeri
fraktur humerus proksimal

• Pemeriksaan tambahan
X-Ray untuk menemukan fraktur terkait
Pemeriksaan utk mencari adanya cedera plexus brachialis wajib dilakukan
Raba denyut nadi radialis

• Tindakan Pertolongan
Usaha memperbaiki letak sendi yang terpeleset itu harus dikerjakan secepat mungkin, tetapi harus dengan tenang dan hati – hati. Jangan sampai itu justru merusak jaringan – jaringan penting lainnya. Apabila usaha itu tidak berhasil, sebaiknya jangan diulang lagi. Kirim saja klien ke Rumah sakit segera.
Reduksi
Sejumlah teknik reduksi boleh digunakan, antara lain sbb:
1. Traksi pasif (teknik Stimson)
Pasien diberi dosis analgesia yg cukup atau sedasi iv. Sbg alternatif, 20 ml lidokain 1% dapat disuntikkan ke dalam sendi sebelah inferior dan lateral akromion, sebelum penyuntikan lakukan aspirasi darah sebanyak mungkin (???). tunggu 15 menit untuk mendapatkan analgesia maksimum.
Kemudian pasien dibaringkan tengkurap pada meja periksa dengan bahu terletak di tepi meja dan ekstrimitas yang mengalami dislokasi dalam keadaan bebas.
Diikatkan beban 5-7.5 kg pada pergelangan tangan dg kasa balut.
Dislokasi dapat direduksi setelah 10-15menit setelah traksi ini.

2. Rotasi Skapula
Letakkan pasien pada posisi tengkurap di atas meja periksa dengan lengan menggantung di tepi meja, atau minta pasien duduk tegak dan minta assisten memasangkan traksi pada lengan
Dorong ujung skapula ke medial dan aspek superior skapula ke arah lateral

3. Teknik Hennipen
Secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol sendi masuk kedalam mangkok sendi.
Pasien duduk atau tidur dengan posisi 45o , siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi arah keluar (eksterna) sampai 90o dengan lembut dan perlahan.
Jika korban merasa nyeri, rotasi eksterna sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan.
Sesudah relaksasi eksterna mencapai 90o maka reposisi akan terjadi.

Setelah dislokasi direduksi, lakukan imobilisasi extremitas dg memasang immobilizer bahu, misalnya dg bias-cut stockinette baik untuk pembalutan ini
Selalu buat foto-foto pasca reduksi
Indikasi Operasi: dislokasi bahu yg tidak berhasil direduksi secara tertutup dan dislokasi yg sudah neglected lebih dari 2 minggu
Kontraindikasi operasi: Berhubung dengan kondisi medis/cedera penyerta yang tidak memungkinkan dilakukan tindakan pembiusan
Komplikasi
Kerusakan nervus aksilaris
Kerusakan pembuluh darah
Tidak dapat tereposisi
Kaku sendi
Dislokasi rekuren, dilakukan tindakan operasi Putti-platt, Bristowdan bankart
Rujuk pasien untuk mendapat follow up ortopedi
Follow up : Daerah lipatan aksilla harus diperhatikan terjadinya mycosis, dan kondisi yang lembab harus dihindarkan dan diatasi. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 3 minggu.

5. Dislokasi Sendi Siku
• Mekansme cederanya biasanya jatuh pada tangan yg dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior.
• Siku jelas berubah bentuk dg kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
• Mintakan pemeriksaan radiografi sebelum mencoba memanipulasi
• Periksa selalu cedera neurovaskuler yg terkait khususnya a.brachialis dan kerusakan n. ulnaris dan medianus.
• Reduksi dilakukan dg melakukan traksi longitudinal pd lengan bawah dg traksi lawan (counteraction) pada lengan atas. Reduksi mugkin sulit ducapai dan diperlukan anestesi umum.
• Setelah reduksi lakukan imobilisasi (membatasi gerakan) lengan dg bidai gips posterior dg posisi fleksi siku bersudut >90o selama 3 minggu. Periksa denyut nadi distal, dan amati sirkulasi tangan.

6. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
Tindakan Pertolongan :
Jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tapi tidak disentakkan.
Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk.
Akan terasa bahwa sendi itu kembali ke tempat asalnya.
Setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu ibu jari yang sakit itu dibidai.
Untuk membidai dalam kedudukan setengah melingkar seolah – olah membentuk huruf O dengan ibu jari.

7. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan InterPhalangeal
• Dislokasi disebabkan oleh hiperekstensi – ekstensi persendian
• Direposisi secara hati – hati dengan tindakan manipulasi tetapi pembedahan terbuka mungkin diperlukan untuk mengeluarkan jaringan lunak yang terjepit di antara permukaan sendi.

8. Dislokasi PangguL
• Definisi
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra)

• Etiologi
Akibat ruda paksa berat, paling banyak kecelakaan mobil

• Patofisiologi
Dislokasi panggul paling sering dialami oleh dewasa muda dan biasanya diakibatkan oleh abdukasi.
Ekstensi dan ekstra traumatik yang berlebihan. Contohnya posisi melempar bola berlebihan.
Caput humeri biasanya bergeser ke anterior dan inferior melalui robekan traumatik pada kapsul sendi panggul.

• Indikasi operasi
gagal reposisi tertutup
kedudukan caput femur tidak stabil
terjadi fraktur koolum femoris
adanya lesi N. Ischiadikus
• Kontra Indikasi reduksi tertutup (tidak ada)

• Diagnosis Banding
fraktur acetabulum
fraktur collum femur

• Pemeriksaan Penunjang
X-ray dan CT-scan

• Klasifikasi
1. Dislokasi posterior
Definisi
Dislokasi posterior terjadi patah trauma saat panggul fleksi dan adduksi. Arah trauma dan lutut ditransmisikan sepanjang batang femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu

Gejala
• Sendi panggul dalam posisi fleksi, adduksi dan internal rotasi
• Tungkai tampak lebih pendek
• Teraba caput femur pada panggul

X-Ray
Caput femur berada di luar dan di atas acetabulum Femur adduksi dan internal rotasi

Tatalaksana
Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan umum dengan disertai relaksasi yang cukup.
Penderita dibaringkan di 1antai dan pembantu menahan panggul. Sendi panggul difleksikan 90° dan kemudian dilakukan tarikan pada pada secara vertikal
Sesudah reposisi dilakukan traksi kulit 3-4 minggu disertai exercise Weight bearing dilakukan minimal sesudah 12 minggu.

b. Dislokasi anterior
Definisi
Dislokasi anterior ter adi pada trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus, punggung bongkok arah ke depan dan ada puntiranke balakang.

Gejala
• Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi
• Tak ada pemendekan tungkai
• Benjolan di depan daerah inguinal dimana kaput femur dapat diraba dengan mudah
• Sendi panggul sulit digerakkan

X-Ray
Caput femur terlihat di depan acetabulum

Tatalaksana
Dilakukan reposisi seperti dislokasi posterior, kecuali pada saat fleksi dan tarikan pada dislokasi posterior dilakukan adduksi pada dislokasi anterior

c. Dislokasi sentral
Definisi
Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma ditransmisikan lewat trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga pelvis.

Gejala
• Posisi panggul tampak normal, hanya sedikit lecet di bagian lateral
• Gerakan sendi panggul terbatas

Biomekanik
Diperlukan gaya yang kuat untuk menimbulkan dislokasi sendi ini
umumnya dislokasi ini terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (tabrakan mobil)
Dalam posisi duduk terjadi benturan dash board pada lutut pengemudi
diteruskan sepanjang tulang femur
mendorong caput femuris ke arah poterior ke luar dari acetabulum yaitu bagian yang paling pangkal
Dislokasi panggul

X-Ray
Terlihat pergeseran dan caput femur menembus panggul

Tatalaksana
Dilakukan reposisi dengan skietal traksi sehingga self reposisi pada fraktur acetabulum tanpa penonjolan kaput femur ke dalam panggul.
Dilakukan terapi konservatif dengan traksi tulang 4-6 minggu
Tindakannya adalah reposisi dengan anestesi umum dan pemasangan gips selama enam minggu atau tirah baring dengan traksi yang ringan untuk mengistirahatkan persendian dan memberikan kesembuhan bagi ligamentum. Dislokasi sendi lutut dan eksremitas bawah sangat jarang terjadi kecuali peda pergelangan kaki di mana dislokasi disertai fraktur.

• Komplikasi dislokasi panggul
Komplikasi dini
Kelumpuhan N.ischiadikus
Biasa terjadi pada dislokasi posterior karena internal rotasi yang hebat atau tekanan langsung oleh fragmen fraktur acetabulum.
Kerusakan pembuluh darah (A.Glutea superior)
Biasanya terjadi pada dislokasi anterior
Kerusakan kaput femur
Komplikasi lanjut
Nekrosis avaskular
Miositis ossifikans
Rekurent dislokasi
Osteoarthritis
• Perawatan Pasca Reduksi
Pasien tirah baring dan diimobilisasi dengan skin traksi selama 2 minggu, kemudian mobilisasi non weight bearing selama 3 bulan atau tirah baring hingga nyeri sendi panggul menghilang, kemudian segera mobilisasi partial weight bearing.
• Follow up
Pengawasan posisi ekstremitas bawah dalam posisi netral bila diimobilisasi dengan traksi kulit. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 2 minggu. Atau pemantauan hilangnya nyeri sendi panggul dan segera mobilisasi partial weight bearing.
9. Dislokasi Patella

• Paling sering terjadi ke arah lateral. Gadis muda dan wanita muda paling sering mengalaminya
• Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
• Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah
PENEGAKAN DIAGNOSIS DISLOKASI

I. Anamnesis
a. Ada trauma
b. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu
c. Ada rasa sendi keluar
d. Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekurens atau habitual
II. Pemeriksaan fisik
a. Deformitas
b. Nyeri
c. Functio lasea, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu
III. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi onLy!!!
PENATALAKSANAAN UMUM

1. Lakukan reposisi segera
2. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari (pada fase syok). Dislokasi bahu, siku, atau jari dapat direposisi dengan anestesi lokal dan obat penenang misalnya valium.
3. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.

KOMPLIKASI DISLOKASI
1. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :
o Fraktur.
o Kontraktur.
o Trauma jaringan.
2. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :
o Dekubitus
o Kongesti paru dan pneumonia
o Konstipasi
o Anoreksia
o Stasis dan infeksi kemih
o Trombosis vena dalam

 

kasus yg membutuhkan PP






Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
A. Asma

Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala
·    Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
·    Canned be heard the voice of the additional breath
·    Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
·    Irama nafas tidak teratur
·    Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
·    Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan1.    Tenangkan korban
2.    Bawa ketempat yang luas dan sejuk
3.    Posisikan setengah duduk

4.    Atur nafas
5.    Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
B. Lemah Jantung

Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala
  • Nyeri di dada
  • Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
  • Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
  • Denyut nadi tak teraba / lemah
  • Gangguan nafas
  • Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
  • Kepala terasa ringan
  • Lemas
  • Kulit berubah pucat/kebiruan
  • Keringat berlebihan

Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.

Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Istirahatkan
3. Posisi duduk
4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
C. Mimisan

Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala
·   Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
.    Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
·    Kadang disertai pusing
Penanganan
1.    Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2.    Tenangkan korban
3.    Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4.    Diminta bernafas lewat mulut
5.    Bersihkan hidung luar dari darah
6.   Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama
D. Mual-Mual

Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
Gejala
·    Perut terasa nyeri/mual
·    Berkeringat dingin
·    Lemas
Penanganan
1.    Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
2.    Beri minuman hangat (teh/kopi)
3.    Jangan beri makan terlalu cepat
E. Memar

Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
Gejala
·    Warna kebiruan/merah pada kulit
·    Nyeri jika di tekan
·    Kadang disertai bengkak
Penanganan
1.    Kompres dingin
2.    Balut tekan
3.    Tinggikan bagian luka
F. Keseleo

Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Gejala
·    Bengkak dan nyeri bila ditekan
·    Kebiruan/merah pada derah luka
·    Sendi terkunci
·    Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
1.    Korban diposisikan nyaman
2.    Kompres es/dingin
3.    Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4.    Tinggikan bagian tubuh yang luka
G. Kram

Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
Gejala
·    Nyeri pada otot
·    Kadang disertai bengkak
Penanganan
1.    Istirahatkan
2.    Posisi nyaman
3.    Relaksasi
4.    Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
H. Histeria

Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala
·    Seolah-olah hilang kesadaran
·    Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
·    Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
1.    Tenangkan korban
2.    Pisahkan dari keramaian
3.    Letakkan di tempat yang tenang
4.    Awasi
I. Keracunan Makanan atau Minuman

Gejala
·    Mual, muntah
·    Keringat dingin
·    Wajah pucat/kebiruan
Penanganan
1.    Bawa ke tempat teduh dan segar
2.    Korban diminta muntah
3.    Diberi norit
4.    Istirahatkan
5.    Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik
·