Oleh Mas Reza di PMR Wira SMAN 1 Babadan
·
Bagaimanakah Tata Cara dalam Pertolongan
Pertama
Secara umum urutan Pertolongan
Pertama pada korban kecelakaan adalah sebagai berikut :
Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi
tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang
mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan
diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih
mungkin untuk ditolong.
Lakukan Penilaian terhadap penderita
yang meliputi :
a) Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk
memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai
penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada
bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah
selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi
dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.
Saat tiba di lokasi kejadian,sudah dapat dipastikan bahwa keadaan aman maka
tindakan selanjutnya adalah :
- Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan
orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
- Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
•
Nama Penolong
•
Nama Organisasi
•
Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
- Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan
mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
- Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang
mengancam nyawa.
- Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
- Minta bantuan.
b) Penilaian Dini
- Kesan umum
Seiring mendekati penderita,
penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau
kasus medis.
jika termasuk kasus trauma maka
mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba misalnya luka bakar,
patah tulang, dll
Jika termasuk kasus medis maka tanpa
tanda – tanda yang terlihat atau teraba misalnya sesak napas, pingsan,dll
- Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan
gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderita. Terdapat 4 tingkat
Respons penderita yaitu:
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali
keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi
bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap
rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada
tulang dada.
T=Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap
rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak
bereaksi terhadap suara atau sama sekali.
Memastikan jalan napas terbuka
dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang
masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun
bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.
Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah
dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas
biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon,
penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara
membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan
juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin
menyumbat saluran napas
Pemeriksaan Fisik
Amati dan raba (menggunakan kedua
tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan
dengarkan (suara napas atau derit ), dalam urutan berikut:
1. Kepala
- Kulit Kepala dan Tengkorak
- Telinga dan Hidung
- Pupil Mata
- Mulut
2. Leher
3. Dada
- Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan
kekerasan
- Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang
belakan
- Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
- Periksa rigiditas (kekerasan)
- Periksa potensial luka dan infeksi
- Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
- Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
- Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
- Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
1.
Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau
tidak
2.
Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada
usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3.
Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4.
Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit:
kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :
- Bayi : 120 - 150 x /menit
- Anak : 80 - 150 x /menit
- Dewasa : 60 - 90 x /menit
Frekuensi Pernapasan Normal :
- Bayi : 25 - 50 x /menit
- Anak : 15 - 30 x /menit
- Dewasa : 12 - 20 x /menit
Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika
memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara
sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan
dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan
penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani
penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum
namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar
terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting
untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di
rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau
pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita
pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3
tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab
kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya
penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban,
sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang
diderita saat ini.
Pemeriksaan Berkala / lanjut
Setelah selesai melakukan
pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai
dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat,
pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan
dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan
pada pemeriksaan berkala adalah :
- Keadaan respon
- Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
- Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
- Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan
secara rinci bila waktu memang tersedia.
- Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan
kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin
ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
- Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang
belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan
terarah.
- Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah
baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua
pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah
dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
- Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga
rasa aman dan nyaman
Pelaporan
Biasakanlah untuk membuat laporan
secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan
adalah :
•
Umur dan jenis kelamin penderita
•
Keluhan Utama
•
Tingkat respon
•
Keadaan jalan napas
•
Pernapasan
•
Sirkulasi
•
Pemeriksaan Fisik yang penting
•
KOMPAK yang penting
•
Penatalaksanaan
0 komentar:
Posting Komentar