Dulu, Sebagian kecil siswa-siswi SMAN 1 Babadan pernah mengusulkan membuat pendirian PMR, namun tidak disetujui oleh Kepala Sekolah karena mungkin PMR belum begotu populer. Akhirnya kita tetap memaksakan diri untuk latihan meskipun di anggap ekstra ilegal. Acara semacam ini dilakukan selama 3 bulan. Kemudian selamng beberapa bulan kemudian , kita akhirnya mengajukan proposal pendirian PMR da akhirnya di setujui pada tanggal 19 November 2005 PERTAMA KALI pab. Dan PMR Wira SMAN 1 Babadan di sahkan oleh PMI pada tanggal 28 Oktober 2005.
Siswa-siswi SMAN 1 Babadan yang mendirika PMR pertama kali adalah :
PMR Wira SMAN1 Babadan juga berpartisipasi pada lomba Penyuluhan Kesehatan Remaja yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tanggal 28 Februari 2012, dan mendapatkan juara 3 Se-Ekskaresidenan Madiun.
sabtu, 28 februari
2012. senior red cross community of SMAZABA juga melaksanakan
program tanam TOGA (Tanaman Obat Keluarga). acara ini diselenggarakan
guna memberikan pelajaran bagi kita betapa pentingnya tanaman obat
tradisional dilestarikan dan juga melatih kita peduli terhadap
lingkungan sekitar. siamo tutti fratelli :)
PRINSIP – PRINSIP DASAR GERAKAN
PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi
oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke XX
di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang
Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.
1. KEMANUSIAAN ( Humanity )
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan
tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan
bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia.
Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi
sesama manusia.
2. KESAMAAN ( Impartiality )
Gerakan ini tidak membuat perbedaan
atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan
politik. Tujuannya semata – mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan
kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.
3. KENETRALAN ( Neutrality )
Agar senantiasa mendapat kepercayaan
dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam
pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.
4. KEMANDIRIAN (Independence)
Gerakan ini bersifat mandiri.
Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam bidang
kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga
otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip – prinsip gerakan
ini.
5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service
)
Gerakan ini adalah gerakan pemberi
bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.
6. KESATUAN ( Unity )
Didalam suatu negara hanya ada satu
Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang
dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
7. KESEMESTAAN ( Universality )
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak
dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.
Dislokasi adalah keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya.
Dislokasi adalah terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera.
Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligmen – ligmennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan
gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit.
Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik
penyembuhannya.
KLASIFIKASI
1. Dislokasi Congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan.
2. Dislokasi Patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau
jaringan sekitar sendi. misal¬nya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini
disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi Traumatic :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah,
susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat
anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma
yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan
mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
TANDA DAN GEJALA
1. Deformitas pada persendiaanKalau
sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
2. Gangguan gerakanOtot – otot tidak
dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. PembengkakanPembengkakan ini
dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.
4. Rasa nyeri terdapat sering
terjadi pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi
pangkal paha servikal.
MACAM – MACAM DISLOKASI
1. Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi
karena :
• Menguap atau terlalu lebar.
• Terkena pukulan keras ketika
rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya
kembali.
Tindakan Pertolongan :
• Rahang ditekan ke bawah dengan
kedua ibu jari sudah dilindungi balutan
• Ibu jari tersebut diletakkan di
graham yang paling belakang
• Tekanan itu harus mantap tapi
pelan – pelan
• Bersamaan dengan penekanan itu
jari – jari yang lain mengangkat dagu penderita ke atas. Apabila berhasil
rahang itu akan menutup dengan cepat dan keras.
Setelah selesai untuk beberapa saat
pasien tidak diperbolehkan terlalu sering membuka mulutnya.
2. Dislokasi Sendi Bahu
• Definisi
Pergeseran kaput humerus dari sendi
glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di
posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior)
• Macam-macam
1. Dislokasi anterior
Dislokasi preglenoid subkorakoid,
subklavikule
2. Dislokasi posterior
Nyeri, benjolan dibagian belakang
sendi pemeriksaan radiologis. Khas: light bulb karena rotasi internal humerus
3. Dislokasi inferior atau luksasi
erecta
Kaput humerus terjepit di bawah
glenoid, dengan lengan arah ke atas pengobatan dilakukan reposisi tertutup
seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka dengan
operasi
4. Dislokasi dengan Fraktur
Biasanya adalah dislokasi tipe
anterior dengan fraktur
• 90 % kasus dislokasinya anterior
(ke depan)
• Gejala klinis:
aspek lateral bahu menjadi datar
bukannya membulat dan dapat teraba depresi yang dalam antara caput humeri dan
acromion di lateral.
gerakan yang terbatas
rasa nyeri yang hebat bila bahu
digerakkan.
Lengan menjadi kaku dan siku agak
terdorong menjauhi sumbu tubuh
Ujung tulang bahu akan nampak
menonjol ke luar. Sedang di bagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke
dalam
Korban mengendong tangan yang sakit
dengan yang lain
Korban tidak bisa memegang bahu yang
berlawanan
• Diagnosis Banding
dislokasi akromioklavikula
fraktur klavikula
fraktur kolumna humeri
fraktur humerus proksimal
• Pemeriksaan tambahan
X-Ray untuk menemukan fraktur
terkait
Pemeriksaan utk mencari adanya
cedera plexus brachialis wajib dilakukan
Raba denyut nadi radialis
• Tindakan Pertolongan
Usaha memperbaiki letak sendi yang
terpeleset itu harus dikerjakan secepat mungkin, tetapi harus dengan tenang dan
hati – hati. Jangan sampai itu justru merusak jaringan – jaringan penting
lainnya. Apabila usaha itu tidak berhasil, sebaiknya jangan diulang lagi. Kirim
saja klien ke Rumah sakit segera.
Reduksi
Sejumlah teknik reduksi boleh
digunakan, antara lain sbb:
1. Traksi pasif (teknik Stimson)
Pasien diberi dosis analgesia yg
cukup atau sedasi iv. Sbg alternatif, 20 ml lidokain 1% dapat disuntikkan ke
dalam sendi sebelah inferior dan lateral akromion, sebelum penyuntikan lakukan
aspirasi darah sebanyak mungkin (???). tunggu 15 menit untuk mendapatkan
analgesia maksimum.
Kemudian pasien dibaringkan
tengkurap pada meja periksa dengan bahu terletak di tepi meja dan ekstrimitas
yang mengalami dislokasi dalam keadaan bebas.
Diikatkan beban 5-7.5 kg pada
pergelangan tangan dg kasa balut.
Dislokasi dapat direduksi setelah
10-15menit setelah traksi ini.
2. Rotasi Skapula
Letakkan pasien pada posisi tengkurap
di atas meja periksa dengan lengan menggantung di tepi meja, atau minta pasien
duduk tegak dan minta assisten memasangkan traksi pada lengan
Dorong ujung skapula ke medial dan
aspek superior skapula ke arah lateral
3. Teknik Hennipen
Secara perlahan dielevasikan
sehingga bongkol sendi masuk kedalam mangkok sendi.
Pasien duduk atau tidur dengan
posisi 45o , siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri
penolong melakukan rotasi arah keluar (eksterna) sampai 90o dengan lembut dan perlahan.
Jika korban merasa nyeri, rotasi
eksterna sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian
dilanjutkan.
Sesudah relaksasi eksterna mencapai
90o maka reposisi akan terjadi.
Setelah dislokasi direduksi, lakukan
imobilisasi extremitas dg memasang immobilizer bahu, misalnya dg bias-cut
stockinette baik untuk pembalutan ini
Selalu buat foto-foto pasca reduksi
Indikasi Operasi: dislokasi bahu yg
tidak berhasil direduksi secara tertutup dan dislokasi yg sudah neglected lebih
dari 2 minggu
Kontraindikasi operasi: Berhubung
dengan kondisi medis/cedera penyerta yang tidak memungkinkan dilakukan tindakan
pembiusan
Komplikasi
Kerusakan nervus aksilaris
Kerusakan pembuluh darah
Tidak dapat tereposisi
Kaku sendi
Dislokasi rekuren, dilakukan tindakan
operasi Putti-platt, Bristowdan bankart
Rujuk pasien untuk mendapat follow
up ortopedi
Follow up : Daerah lipatan aksilla
harus diperhatikan terjadinya mycosis, dan kondisi yang lembab harus
dihindarkan dan diatasi. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan
isotonik setelah 3 minggu.
5. Dislokasi Sendi Siku
• Mekansme cederanya biasanya jatuh
pada tangan yg dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior.
• Siku jelas berubah bentuk dg
kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
• Mintakan pemeriksaan radiografi
sebelum mencoba memanipulasi
• Periksa selalu cedera
neurovaskuler yg terkait khususnya a.brachialis dan kerusakan n. ulnaris dan
medianus.
• Reduksi dilakukan dg melakukan
traksi longitudinal pd lengan bawah dg traksi lawan (counteraction) pada lengan
atas. Reduksi mugkin sulit ducapai dan diperlukan anestesi umum.
• Setelah reduksi lakukan
imobilisasi (membatasi gerakan) lengan dg bidai gips posterior dg posisi fleksi
siku bersudut >90o selama 3 minggu. Periksa denyut nadi distal, dan amati
sirkulasi tangan.
6. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi
dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak.
Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung
tangan.
Tindakan Pertolongan :
Jari yang cedera dengan tarikan yang
cukup kuat tapi tidak disentakkan.
Sambil menarik, sendi yang
terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk.
Akan terasa bahwa sendi itu kembali
ke tempat asalnya.
Setelah diperbaiki sebaiknya untuk
sementara waktu ibu jari yang sakit itu dibidai.
Untuk membidai dalam kedudukan
setengah melingkar seolah – olah membentuk huruf O dengan ibu jari.
7. Dislokasi Sendi
Metacarpophalangeal dan InterPhalangeal
• Dislokasi disebabkan oleh
hiperekstensi – ekstensi persendian
• Direposisi secara hati – hati
dengan tindakan manipulasi tetapi pembedahan terbuka mungkin diperlukan untuk
mengeluarkan jaringan lunak yang terjepit di antara permukaan sendi.
8. Dislokasi PangguL
• Definisi
Bergesernya caput femur dari sendi
panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di
anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum
(dislokasi sentra)
• Etiologi
Akibat ruda paksa berat, paling
banyak kecelakaan mobil
• Patofisiologi
Dislokasi panggul paling sering
dialami oleh dewasa muda dan biasanya diakibatkan oleh abdukasi.
Ekstensi dan ekstra traumatik yang
berlebihan. Contohnya posisi melempar bola berlebihan.
Caput humeri biasanya bergeser ke
anterior dan inferior melalui robekan traumatik pada kapsul sendi panggul.
• Indikasi operasi
gagal reposisi tertutup
kedudukan caput femur tidak stabil
terjadi fraktur koolum femoris
adanya lesi N. Ischiadikus
• Kontra Indikasi reduksi tertutup
(tidak ada)
• Diagnosis Banding
fraktur acetabulum
fraktur collum femur
• Pemeriksaan Penunjang
X-ray dan CT-scan
• Klasifikasi
1. Dislokasi posterior
Definisi
Dislokasi posterior terjadi patah
trauma saat panggul fleksi dan adduksi. Arah trauma dan lutut ditransmisikan
sepanjang batang femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury)
atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu
Gejala
• Sendi panggul dalam posisi fleksi,
adduksi dan internal rotasi
• Tungkai tampak lebih pendek
• Teraba caput femur pada panggul
X-Ray
Caput femur berada di luar dan di
atas acetabulum Femur adduksi dan internal rotasi
Tatalaksana
Dislokasi harus direposisi
secepatnya dengan pembiusan umum dengan disertai relaksasi yang cukup.
Penderita dibaringkan di 1antai dan
pembantu menahan panggul. Sendi panggul difleksikan 90° dan kemudian dilakukan
tarikan pada pada secara vertikal
Sesudah reposisi dilakukan traksi
kulit 3-4 minggu disertai exercise Weight bearing dilakukan minimal sesudah 12
minggu.
b. Dislokasi anterior
Definisi
Dislokasi anterior ter adi pada
trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus, punggung bongkok arah ke depan
dan ada puntiranke balakang.
Gejala
• Sendi panggul dalam posisi
eksorotasi, ekstensi dan abduksi
• Tak ada pemendekan tungkai
• Benjolan di depan daerah inguinal
dimana kaput femur dapat diraba dengan mudah
• Sendi panggul sulit digerakkan
X-Ray
Caput femur terlihat di depan
acetabulum
Tatalaksana
Dilakukan reposisi seperti dislokasi
posterior, kecuali pada saat fleksi dan tarikan pada dislokasi posterior
dilakukan adduksi pada dislokasi anterior
c. Dislokasi sentral
Definisi
Dislokasi sentral terjadi kalau
trauma datang dan arah samping sehingga trauma ditransmisikan lewat trokanter
mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga
pelvis.
Gejala
• Posisi panggul tampak normal,
hanya sedikit lecet di bagian lateral
• Gerakan sendi panggul terbatas
Biomekanik
Diperlukan gaya yang kuat untuk
menimbulkan dislokasi sendi ini
↓
umumnya dislokasi ini terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas (tabrakan mobil)
↓
Dalam posisi duduk terjadi benturan
dash board pada lutut pengemudi
↓
diteruskan sepanjang tulang femur
↓
mendorong caput femuris ke arah
poterior ke luar dari acetabulum yaitu bagian yang paling pangkal
↓
Dislokasi panggul
X-Ray
Terlihat pergeseran dan caput femur
menembus panggul
Tatalaksana
Dilakukan reposisi dengan skietal
traksi sehingga self reposisi pada fraktur acetabulum tanpa penonjolan kaput
femur ke dalam panggul.
Dilakukan terapi konservatif dengan
traksi tulang 4-6 minggu
Tindakannya adalah reposisi dengan
anestesi umum dan pemasangan gips selama enam minggu atau tirah baring dengan
traksi yang ringan untuk mengistirahatkan persendian dan memberikan kesembuhan
bagi ligamentum. Dislokasi sendi lutut dan eksremitas bawah sangat jarang
terjadi kecuali peda pergelangan kaki di mana dislokasi disertai fraktur.
• Komplikasi dislokasi panggul
Komplikasi dini
Kelumpuhan N.ischiadikus
Biasa terjadi pada dislokasi
posterior karena internal rotasi yang hebat atau tekanan langsung oleh fragmen
fraktur acetabulum.
Kerusakan pembuluh darah (A.Glutea
superior)
Biasanya terjadi pada dislokasi
anterior
Kerusakan kaput femur
Komplikasi lanjut
Nekrosis avaskular
Miositis ossifikans
Rekurent dislokasi
Osteoarthritis
• Perawatan Pasca Reduksi
Pasien tirah baring dan
diimobilisasi dengan skin traksi selama 2 minggu, kemudian mobilisasi non
weight bearing selama 3 bulan atau tirah baring hingga nyeri sendi panggul
menghilang, kemudian segera mobilisasi partial weight bearing.
• Follow up
Pengawasan posisi ekstremitas bawah
dalam posisi netral bila diimobilisasi dengan traksi kulit. Latihan isometrik
segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 2 minggu. Atau pemantauan
hilangnya nyeri sendi panggul dan segera mobilisasi partial weight bearing.
9. Dislokasi Patella
• Paling sering terjadi ke arah
lateral. Gadis muda dan wanita muda paling sering mengalaminya
• Reduksi dicapai dengan memberikan
tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut
perlahan-lahan
• Apabila dislokasi dilakukan
berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah
PENEGAKAN DIAGNOSIS DISLOKASI
I. Anamnesis
a. Ada trauma
b. Mekanisme trauma yang sesuai,
misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu
c. Ada rasa sendi keluar
d. Bila trauma minimal, hal ini
dapat terjadi pada dislokasi rekurens atau habitual
II. Pemeriksaan fisik
a. Deformitas
b. Nyeri
c. Functio lasea, misalnya bahu
tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu
III. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi onLy!!!
PENATALAKSANAAN UMUM
1. Lakukan reposisi segera
2. Dislokasi sendi kecil dapat
direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya dislokasi siku,
dislokasi bahu, dislokasi jari (pada fase syok). Dislokasi bahu, siku, atau
jari dapat direposisi dengan anestesi lokal dan obat penenang misalnya valium.
3. Dislokasi sendi besar, misalnya
panggul memerlukan anestesi umum.
KOMPLIKASI DISLOKASI
1. Komplikasi yang dapat menyertai
dislokasi antara lain :
o Fraktur.
o Kontraktur.
o Trauma jaringan.
2. Komplikasi yang dapat terjadi
akibat pemasangan traksi :